dakwatuna.com - Diriwayatkan dalam sahih
Bukhari dengan sanadnya, dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari
Aisyah, ummul mukminin menceritakan hadits tentang pemulaan
turunnya wahyu, yaitu ketika Malaikat Jibril turun menemui Muhammad di gua
Hira’ dan memintanya membaca ” iqra’ ” tiga kali.
Tiga kali juga
Muhammad saw. menjawab“Maa ana biqari’ “, menegaskan bahwa beliau tidak
bisa membaca. Kata “maa” merupakan penafian atau pengingkaran bahwa memang
beliau tidak sanggup membaca sama sekali. Kemudian Jibril mendekapnya dengan
kuat. Peristiwa tiba-tiba itu membuat Muhammad saw. takut dan khawatir terhadap
dirinya.
Muhammad saw.
segera pulang menemui Khadijah binti Khuwailid ra seraya berkata,“Selimuti
aku, selimuti aku.” Dengan sigap Khadijah menyelimutinya, perlahan
rasa takut mulai menghilang. Setelah merasa tenang, Muhammad saw. menceritakan
kejadian yang dialaminya. “Sungguh saya takut terhadap diriku.” pungkas
Muhammad saw.
“فقالت
خديجة: كلا والله ما يخزيك الله أبدا إنك لتصل الرحم ، وتحمل الكل، وتُكسب
المعدوم، وتُقرى الضيف، وتُعين على نوائب الحق”
Dengan sigap dan
mantap Khadijah menjawab, “Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah, Allah
tidak akan menghinakan engkau selamanya, karena engkau penyambung silaturahim,
membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan
tamu dan menolong untuk kebenaran.”
****
Yang menarik untuk
disebut dari periwayatan ini adalah, bahwa Aisyah istri Rasulullah saw. sangat
cemburu dengan Khadijah , namun demikian, Aisyah secara amanah meriwayatkan
kisah ini apa adanya, tidak dikurangi sedikit pun. Subhanallah!
****
(فدخل
على خديجة بنت خويلد)
“Maka Muhammad segera pulang menemui Khadijah di rumahnya”, mengisyaratkan
bahwa Muhammad saw. “betah” berkeluarga dengan Khadijah, bahkan beliau
mengkhususkan curhat kepadanya atas kejadian yang dialaminya. Padahal Khadijah
ra tidak sendirian di rumahnya, Khadijah bersama anak-anaknya -bukan anak
Muhammad dari hasil pernikahan dengan Khadijah-.
Seandainya Muhammad
saw. tidak “betah” di rumah Khadijah, pasti beliau tidak akan pulang ke rumah
Khadijah di saat dirinya dihantui ketakutan seperti itu.
Muhammad saw. minta
diselimuti, ketika rasa takut dalam dirinya lenyap dan rasa khawatir yang
menyelimuti jiwanya hilang, Muhammad saw. baru menceritakan apa yang terjadi.
****
Rasa takut yang
demikian hebat mampu menghalangi berpikir jernih dan menghambat berinisiatif
secara cepat dan tepat.
(فلما
ذهب عن إبراهيم الروع وجاءته البشرى يجادلنا في قوم لوط(
“Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira
telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) kami
tentang kaum Luth.” Huud:74
(فزملوه حتى ذهب عنه الروع)
Penggunaan huruf ”
fa’ ” dalam potongan hadits di atas menunjukkan kesigapan seorang istri,“Maka
Khadijah langsung menyelimutinya, sehingga hilanglah rasa takut darinya.”
Muhammad saw.
terkenal sebagai seorang yang selalu menjaga kehormatan dan kepribadian
dirinya, sehingga tidak mungkin beliau meminta diselimuti, kalau bukan karena
kondisi yang menimpa dirinya sedemikian hebat.
Namun, rasa takut
dan khawatir yang dialami Muhammad saw. adalah hal yang wajar, sebagaimana
nabi-nabi sebelumnya juga demikian,
“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat)
yang diutus kepada kaum Luth.” Huud:70
“Maka Musa merasa takut dalam hatinya.” Thaaha:67
“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa
takut terhadap mereka. mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka
memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim
(Ishak). Adz Dzariat:28
Muhammad
menceritakan kejadian yang dialaminya setelah beliau benar-benar merasakan
ketenangan. Muhammad memilih Khadijah sebagai tempat curhat beliau. Kenapa?
Karena Khadijah orang yang paling tahu tentang dirinya, orang yang paling dekat
dengannya, Khadijah tahu, bahwa apa yang diceritakan suaminya adalah benar.
Sekaligus Muhammad
saw. juga paham bahwa istrinya mampu memberi jalan keluar dari peristiwa yang
hadapinya.
Khadijah seorang
yang cerdas, mengetahu solusi jitu atas apa yang dialami suaminya, termasuk
perihal yang belum pernah terjadi sekalipun.
****
Permulaan turunnya
wahyu merupakan tahapan baru bagi kehidupan Muhammad saw. turunnya wahyu dengan
tiba-tiba menjadikan diri beliau berubah statusnya. Turunya permulaan wahyu ini
sebagai deklarasi tersambungnya kembali antara langit (risalah Ilahiyah) dengan
bumi (tugas penyampaian dan sikap optimisme hidup).
Tersambungnya
kembali jalinan langit dan bumi, setelah sebelumnya terputus beberapa abad.
Inilah proses penguatan jiwa Muhammad saw. sebagai seorang manusia untuk
menerima risalah Ilahiyah.
****
Karena itu,
Muhammad saw. berkata, “Saya takut terhadap diriku sendiri” rasa
takut terhadap apa yang ia lihat dan di dengar itu bagian dari tipu daya jin
atau dukun, sebagaimana yang dipaparkan dalam buku-buku sirah tentang ketakutan
Muhammad saw. terhadap dirinya.
Khadijah menjawab
dengan mantap, karena dilatar belakangi pengenalan panjangnya terhadap pribadi
Muhammad saw. sejak menjadi pedagang.
Pengenalan panjang
Khadijah sebelum menikah dengan Muhammad, yaitu informasi di dapat dari
pembantunya yang bernama Maisaroh -seorang laki-laki- yang menemani Muhammad
saw. berdagang ke Syam, di mana Maisaroh melihat awan dengan mata kepala
sendiri berjalan menaungi Muhammad saw. di suasana terik matahari. Dalam
riwayat lain dua malaikat menaungi Muhammad saw. kemana saja ia berjalan dari
terik matahari.
Atau berteduhnya
Muhammad saw. di bawah sebuah pohon. Seorang Rahib yang melihat kejadian itu
berkomentar, “Tidak ada orang yang berteduh di pohon ini kecuali ia
adalah seorang nabi, sebagaimana diterangkan dalam kitab asli kami.” Dan
ketika diceritakan ciri-ciri Muhammad, maka itu persis tertulis dalam kitab
mereka.
Kisah ini ditulis
di banyak buku sirah, seperti sirah Ibnu Ishaq, sirah Ibnu Hisyam, sirah As
Suyuthi, sirah As Suhaili dan lain-lain.
****
Makanya, ketika
Khadijah menjawab dengan mantap, “Tidak, sekali-kali tidak” adalah
berdasarkan data-data panjang yang ia ketahui sebelumnya. Jawaban yang juga
tidak diduga Muhammad saw. sendiri. Jawaban tegas, memancar dari aliran
cintanya kepada suaminya. Kenapa tidak? Karena Khadijah yakin bahwa beliau
adalah utusan Allah swt. untuk umat ini.
Khadijah segera
mencarikan informasi kepada tokoh agama, Waraqah bin Naufal, atau kepada
pendeta Buhaira tentang kejadian yang dialami Muhammad saw. Keduanya
berkomentar, bahwa Muhammad seorang nabi akhir zaman untuk umat ini.
****
Proses nikahnya
Khadijah dengan Muhammad pun unik, dimana Khadijah meminta salah seorang wanita
Quraisy untuk mempengaruhi Muhammad dengan menceritakan keistimewaan dan
kelebihan Khadijah. Di akhir lobi, wanita itu menawarkan kepada Muhammad, bahwa
Khadijah layak menjadi Istrinya, dan Muhammad cocok menjadi suaminya.
Dengan ditemani
pamannya, Abu Thalib dan paman-paman yang lain, Muhammad saw. melamar Khadijah.
Sejarah sirah mencatat, bahwa Khadijah ketika itu sebagai seorang pebisnis
ulung yang sangat kaya raya.
****
Kisah lain yang
menguatkan bahwa Muhammad saw. seorang Rasul adalah sebagaimana diriwayatkan
Imam Baihaqi dari Ibnu Ishaq, bahwa Khadijah bersanding dengan Muhamamd saw. di
dalam rumahnya. Khadijah berkata, “Apakah engkau melihat Malaikat Jibril?
Muhammad menjawab, “Ya”. Maka Khadijah masuk kebilik kamarnya dan bersanding
dengan Muhammad seraya membuka tutup kepala dan cadar yang dipakainya. Khadijah
kembali bertanya, “Apakah engkau masih melihatnya? Tidak, jawab Muhamamd saw.
Khadijah berkomentar, Ia bukanlah setan, ia adalah malaikat wahai putra
pamanku. Khadijah yakin dan bersaksi bahwa apa yang dibawa Muhammad saw. adalah
kebenaran.
Demikian, kita
melihat sikap bijak ummul mukminin, Khadijah ra. Dirinya menjadi
dewasa dan matang bersamaan dengan kejadian-kejadian yang dialaminya. Khadijah
menjadi mudah menyelesaikan persoalan bersamaan dengan
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Khadijah tidak sekedar
menggembirakan dan membela Muhammad saw. berdasarkan dugaan atau kamuflase
belaka. Akan tetapi Khadijah mempersembahkan pembelaan dan menyenangkan hati
suaminya karena berdasarkan data-data panjang yang ia hadapi selama ini.
Dengan sigap dan
penuh cinta, Khadijah mendampingi suaminya menghadapi persoalan hidup. Allahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar