Kata-kata cinta terucap indah,
Mengalun berzikir di kidung doaku,
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku,
Butir-butir cinta air mataku,
Teringat semua yang Kau beri untukku,
Ampuni khilaf dan salah selama ini,
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...
Tuhan... Kuatkan aku,
Lindungiku dari putus asa,
Jika ku harus mati,
Pertemukan aku denganMu
Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
****
Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku……
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Ku pun tak sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki
- Kita mungkin pernah denger kalau Nabi
suka banget sama kucing, tapi emg nabi sayang semua binatang dan mereka semua
diperlakukan mulia. Bnyk kisah2 ttg kucing (karena kucing memang binatang yang
banyak berkeliaran disekitar manusia). Bahkan nabi juga memiliki kucing
peliharaan
Setiap Nabi menerima tamu di rumah, nabi SELALU ngegendong mueeza (nama
kucingnya) dan ditaruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang paling nabi
demen:
'Mueeza selalu mengeong ketika mendengar azan, seolah-olah ngeongnya ky
ngikutin lantunan suara adzan'
Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyanyangi keluarga
sendiri.
Terus, pernah juga nabi mau ngambil jubahnya, eh ada Muezza lagi tidur
diatasnya.. Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri mueeza dari jubahnya
supaya gak ngebangunin Muezza.
Pas Nabi pulang ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya.
Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke
badan kucing itu.
Nabi menekankan di beberapa hadis bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan
diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap
suci.
Kenapa Rasulullah Saw yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa kucing
suci, tidak najis?
Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?
Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri.
Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia.
Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing,
benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat
berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun
cairan yang jatuh dari lidahnya.
Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih,
permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu
yang tersisa di badannya.
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan
usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung
mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample
dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada
bagian-bagian khusus. Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding
dalam mulut dan lidahnya.
Hasil yang didapatkan adalah:
1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun
dilakukan berulang-ulang.
2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika
dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif
berkuman.
4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk
kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh
manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan
taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium
menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan
membersihkan.
Komentar Para Dokter yang Bergelut dalam Bidang Kuman
Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah,
jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada,
maka kucing itu akan sakit.
Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada
anjing, manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia. Dokter hewan di rumah sakit
hewan Damaskus, Sa'id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat
pembersih yang bemama lysozyme.
Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk
pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll).
Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tdk banyak
berjemur dan tidak dekat2 dgn air. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah
kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.
Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di
laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia
lebih bersih dari manusia.
Sisa makanan kucing hukumnya suci. Hadis Kabsyah binti Ka'b bin Malik
menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia
menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum.
Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum. Kabsyah berkata,
"Perhatikanlah." Abu Qatadah berkata, "Apakah kamu heran?"
Ia menjawab, "Ya." Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh
bersabda, "Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di
rumah (binatang rumahan),"
(HR At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw
pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, "Ya Anas,
tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana."
Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun,
seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai
kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu. Nabi ditanya mengenai kejadian
tersebut, beliau menjawab, "Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah
tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis."
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa
budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah
Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk
menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.
Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut.
Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan
bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya. Rasulullah Saw bersabda,
"Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling." Aisyah pernah melihat
Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing, (HR AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq,
dan Al-Daruquthni).
Hadis ini diriwayatkari Malik, Ahmad, dan imam hadis yang lain. Oleh karena
itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya
suci.
Nabi Luth bin Haran
bin Tarih (Azar) adalah keponakan Nabi Ibrahim a.s. Ia diutus oleh Allah swt.
kepada kaumnya. Maka, mulailah ia menyeru kaumnya untuk hanya menyembah Allah
swt. dan meninggalkan penyembahan kepada patung-patung berhala. Nabi Luth
memulai dakwahnya dengan menanamkan tauhid sebagaimana lazimnya para nabi
berdakwah kepada kaumnya.
Namun, kaum Nabi
Luth a.s. adalah orang-orang yang paling durhaka, paling kafir, dan paling
jahat sifat dan perilakunya. Mereka gemar membegal dan menyamun. Mereka gemar
melakukan hal-hal mungkar dalam pertemuan-pertemuan mereka. Di antara mereka
tidak ada budaya saling menasihati untuk kebaikan. Bahkan, mereka melakukan
perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh manusia sebelumnya: mereka
bersenggama dengan sesama jenis. Lelaki dengan lelaki. Homoseksual. Mereka
tidak mau menikahi wanita. Inilah puncak kedurhakaan kaum Luth kepada Allah
swt.
Nabi Luth a.s.
berusaha mengembalikan kaumnya kepada penyembahan hanya kepada Allah saja. Nabi
Luth juga berusaha mengembalikan kaumnya kepada fitrah manusia yang luhur.
Tapi, kaumnya tidak mau berhenti dari kesesatan. Mereka tidak malu
mempertontonkan perbuatan keji mereka itu. Mereka bukan saja tidak mau
mendengar nasihat, bahkan menganiaya Nabi Luth. “Usirlah Luth berserta
keluarganya dari negerimu. Karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
(mengaku dirinya) bersih.” (An-Nahl: 56)
Tidak hanya itu.
Kaumnya menantang Nabi Luth agar ia mendatangkan adzab Allah swt. kepada
mereka. “Datangkanlah kepada kami adzab Allah, jika kamu termasuk orang-orang
yang benar.” (Al-Ankabut: 29). Karena itu, Nabi Luth meminta pertolongan Allah
swt., “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan adzab) atas kaum yang
berbuat kerusakan itu.” (Al-Ankabut: 30)
Allah swt. murka
dan mengabulkan doa Nabi Luth. Dia mengutus para malaikatnya. Para malaikat itu
terlebih dahulu menuju ke rumah Nabi Ibrahim a.s. untuk memberi kabar gembira
kepada tentang kelahiran anak yang begitu diharapkan Nabi Ibrahim. Setelah itu,
para malaikat menceritakan misi besar yang mereka emban atas kaum nabi Luth.
Nabi Ibrahim
bertanya, “Apakah urusan kamu sekalian, wahai para utusan?” Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang pendosa (kaum Luth), agar kami
timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras) yang ditandai di sisi
Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.” (Adz-Dzariyat:
31-34)
Dialog ini
diabadilan Allah swt. dalam Al-Qur’an tidak sekali. “Dan tatkala utusan Kami
(para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan,
‘Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk kota (Sodom) ini. Sesungguhnya
penduduknya adalah orang-orang yang zhalim.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya di
kota itu ada Luth.’ Para malaikat berkata, ‘Kami lebih mengetahui siapa yang
ada di kota itu. Kami sunguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan
pengikut-pengikutnya, kecuali isterinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan).’” (Al-Ankabut: 31-33)
Para malaikat yang
terdiri dari Jibril, Mikail, dan Israfil itu berangkat menuju negeri Sodom.
Mereka datang dalam wujud pemuda yang berwajah rupawan. Ini sebagai ujian bagi
kaum Luth dan agar nanti menjadi alasan untum membinasakan mereka.
Para pemuda rupawan
itu bertamu ke rumah Nabi Luth tepat ketika matahari terbenam. Nabi Luth yang
tidak tahu bahwa mereka adalah malaikat, segera menerima mereka. Nabi Luth
khawatir atas keselamatan mereka, apalagi jika diterima oleh orang lain. “Dia
(Luth) merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan para pemuda
itu, dan dia berkata, ‘Ini adalah hari yang amat sulit.’” (Hud: 77)
Bagaimana tidak
sulit, sebab malam itu pasti Nabi Luth akan mempertahankan tamu-tamunya dari
serbuan kaumnya sebagaimana yang sering terjadi jika ada tamu datang ke
rumahnya.
Nabi Luth membawa
para pemuda yang menjadi tamunya itu masuk ke dalam rumahnya secara diam-diam.
Tidak ada yang tahu, kecuali anggota keluarganya. Tapi tiba-tiba isterinya
keluar dan menceritakan kepada kaumnya, “Sesungguhnya di rumah Luth ada
beberapa anak muda tampan, yang tidak pernah aku lihat orang yang wajahnya
setampan mereka.”
Maka berdatanganlah
orang-orang ke ruman Nabi Luth. Mereka ingin berbuat mesum dengan menyodomi
para pemuda yang menjadi tamu Nabi Luth. Melihat gelagat buruk itu, Nabi Luth
menasihati mereka agar menikahi anak-anak wanitanya saja. Namun seruan itu
sia-sia. Orang-orang yang tidak tahu malu itu berusaha menerobos masuk dan
menyerbu para tamu Nabi Luth.
Dalam situasi
genting itu, malaikat Jibril keluar dan memukulkan ujung sayapnya kepada
mereka. Tiba-tiba mata mereka menjadi buta. Akibat pukulan itu kaum Luth mundur
sambil mengancam Nabi Luth. Para malaikat menyuruh Nabi Luth pergi dari rumah
dengan membawa keluarganya di akhir malam nanti, dan tidak boleh seorang pun
menoleh ke belakang.
Di hari itu, di
akhir malam, Jibril mengangkat rumah-rumah kaum Luth. Semuanya ada tujuh rumah.
Rumah-rumah itu diangkat, lalu dibalikkan. Bagian atas ditaruh di bawah
kemudian dihempaskan ke bumi. Sementara dari langit batu-batu dari sijjil –yang
setiap batu tertulis nama orang yang hendak ditimpakan—menghujani mereka.
Hukuman ini tentu
bukan sebuah kezhaliman. Sebab, Allah swt. telah menetapkan bahwa Dia tidak
akan menghukum orang-orang zhalim, kecuali setelah Dia memberikan argumentasi
yang kokoh kepada mereka, dan setelah didahului dengan janji dan acaman yang
diberikan kepada mereka lewat diutusnya salah seorang Rasul-Nya yang mulia,
untuk mencegah mereka dari perbuatan buruk dan memperingatkan mereka akan adzab
Allah yang amat pedih. Rasul Allah itu menyerukan peringatannya di tengah
mereka di setiap kota, desa, dan di mana saja.
Begitu juga yang
dilakukan oleh Nabi Luth. Ia benar-benar memberi nasihat kepada kaumnya.
“Mengapa kamu sekalian melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan
oleh siapa pun di dunia ini sebelum kamu?” (Al-A’raf: 80)
Kemudian Nabi Luth
mengulang perkataannya sebagai nasihat di kala kaumnya semakin tidak
menggunakan otaknya lagi. “Sesungguhnya kamu sekalian mendatangi lelaki untuk
melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini
adalah orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf: 81)
Orang-orang yang
zhalim yang tidak memiliki akal sehat lagi itu menjawab dengan ngawur. “Usirlah
Luth beserta keluarganya dari negerimu ini. Karena sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang (mengaku dirinya) bersih.” (An-Naml: 56). Begitulah orang jika
sudah diluputi nafsu dan kesesatan, membolak-balikan norma-norma agar sesuai
dengan keingan nafsu mereka.
Ketika
pembangkangan mereka sudah sampai puncaknya, Allah swt. memberikan ujian
terakhir kepada Nabi Nuh dengan mengutus beberapa malaikat dengan wujud
manusia: pemuda-pemuda yang sangat tampan. Sebagai nabi yang dikenal lapang
dada, para pemuda ini singgah. “Luth merasa susah dan merasa sempit dadanya
karena kedatangan mereka, dan dia berkata, ‘Ini adalah hari yang amat sulit.’”
(Hud: 77)
Dan terdengarlah
teriakan kepada kaum homoseks itu bahwa di rumah Nabi Luth ada beberapa tamu
yang tampan dan tidak pernah ada pemuda yang setampan mereka. Dengan cepat
kabar itu menyebar. Kaum homo itu berdatangan ke rumah Nabi Luth dan mengira
akan bisa melampiaskan syahwat menyimpang mereka di sana. “Dan datanglah kaum
Luth kepadanya dengan bergegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan keji.” (Hud: 78)
Mereka menyerbu
masuk ke rumah Nabi Luth. Nabi Luth menahan mereka dengan susah payah. “Hai
kaumku, ini putri-putriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kalian
kepada Allah, dan janganlah mencemarkan namaku di hadapan tamuku. Tidak adakah
di antara kamu orang berakal?”
Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kamu tahu bahwa kami tidak berhasrat kepada putri-putrimu. Dan
sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami inginkan.” Sungguh
sebuah jawaban yang tidak pantas dan secara terang-terangan membangkang.
Sungguh berat
kondisi Nabi Luth. Ia diserbu tanpa pembelaan. “Seandainya aku ada mempunyai
kekuatan (untuk menolak) kamu sekalian, atau aku dapat berlindung kepada
keluarga yang kuat (tentu aku melakukannya).” (Hud: 80)
Melihat kondisi
Nabi Luth yang terdesak seperti itu, barulah para malaikat membuka identitas
mereka. “(Tenanglah kamu, hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan
Tuhanmu. Sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu!” (Hud: 81)
Mendengar itu, Nabi
Luth sangat gembira. Lalu dikatakan kepadanya, “Sebab itu, pergilah kamu dengan
membawa keluarga dan pengikut-pengikutmu di akhir malam, dan janganlah ada
seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia
akan ditimpa adzab seperti yang menimpa mereka. Karena sesungguhnya saat
jatuhnya adzab kepada mereka ialah waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah
dekat?” (Hud: 81)
Karena kaum Luth
tetap membangkang, tetap berhasrat mengganggu tamu-tamu Nabi Luth, dan tidak
menjaga kehormatan keluarga Nabi Luth, Jibril memukul wajah mereka dengan ujung
sayapnya. Pukulan itu mengakibatkan mata mereka hapus dan mereka menjadi buta.
Dalam keadaan buta, mereka mundur dengan melontarkan ancaman, “Besok kamu akan
tahu apa yang akan menimpamu, hai orang gila!”
Tapi, saat fajar
menyingsing datanglah perintah Allah swt. Jibril membedol kota Sodom.
Mengangkat tinggi-tinggi rumah-rumah mereka di udara. Lalu membaliknya dan
menghempaskannya ke bumi diiringi hujanan batu-batu sijjin. “Maka tatkala
datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah.
(Kami balikan), dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar
dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidak jauh
dari orang-orang yang zhalim.” (Hud: 82-83)
Isteri Nabi Luth
ikut keluar rumah bersama suami dan kedua anak perempuannya. Namun, wanita itu
ketika mendengar jeritan dan gemuruh kehancuran kaumnya, menoleh ke belakang.
Seketika itu juga sebutir batu jatuh menimpanya. Menembus batok kepalanya. Ia
roboh. Musnah seperti kaumnya yang membangkang. Begitulah nasib wanita yang
berkhianat kepada suaminya, yang membantu orang-orang membangkang pada ajaran
Nabinya.
“Allah membuat
isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami. Lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka
kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah,
dan katakanlah (kepada keduanya), ‘Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang
masuk (neraka).” (At-Tahrim: 10)
Begitulah Walihah,
isteri Nabi Luth. Wanita ini isteri seorang nabi dan rasul, bahkan keluarga
dekat Nabi Ibrahim. Tapi, ia binasa diadzab bersama dengan kaumnya yang
membangkang kepada Allah swt.
dakwatuna.com - Diriwayatkan dalam sahih
Bukhari dengan sanadnya, dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari
Aisyah, ummul mukminin menceritakan hadits tentang pemulaan
turunnya wahyu, yaitu ketika Malaikat Jibril turun menemui Muhammad di gua
Hira’ dan memintanya membaca ” iqra’ ” tiga kali.
Tiga kali juga
Muhammad saw. menjawab“Maa ana biqari’ “, menegaskan bahwa beliau tidak
bisa membaca. Kata “maa” merupakan penafian atau pengingkaran bahwa memang
beliau tidak sanggup membaca sama sekali. Kemudian Jibril mendekapnya dengan
kuat. Peristiwa tiba-tiba itu membuat Muhammad saw. takut dan khawatir terhadap
dirinya.
Muhammad saw.
segera pulang menemui Khadijah binti Khuwailid ra seraya berkata,“Selimuti
aku, selimuti aku.” Dengan sigap Khadijah menyelimutinya, perlahan
rasa takut mulai menghilang. Setelah merasa tenang, Muhammad saw. menceritakan
kejadian yang dialaminya. “Sungguh saya takut terhadap diriku.” pungkas
Muhammad saw.
“فقالت
خديجة: كلا والله ما يخزيك الله أبدا إنك لتصل الرحم ، وتحمل الكل، وتُكسب
المعدوم، وتُقرى الضيف، وتُعين على نوائب الحق”
Dengan sigap dan
mantap Khadijah menjawab, “Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah, Allah
tidak akan menghinakan engkau selamanya, karena engkau penyambung silaturahim,
membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan
tamu dan menolong untuk kebenaran.”
****
Yang menarik untuk
disebut dari periwayatan ini adalah, bahwa Aisyah istri Rasulullah saw. sangat
cemburu dengan Khadijah , namun demikian, Aisyah secara amanah meriwayatkan
kisah ini apa adanya, tidak dikurangi sedikit pun. Subhanallah!
****
(فدخل
على خديجة بنت خويلد)
“Maka Muhammad segera pulang menemui Khadijah di rumahnya”, mengisyaratkan
bahwa Muhammad saw. “betah” berkeluarga dengan Khadijah, bahkan beliau
mengkhususkan curhat kepadanya atas kejadian yang dialaminya. Padahal Khadijah
ra tidak sendirian di rumahnya, Khadijah bersama anak-anaknya -bukan anak
Muhammad dari hasil pernikahan dengan Khadijah-.
Seandainya Muhammad
saw. tidak “betah” di rumah Khadijah, pasti beliau tidak akan pulang ke rumah
Khadijah di saat dirinya dihantui ketakutan seperti itu.
Muhammad saw. minta
diselimuti, ketika rasa takut dalam dirinya lenyap dan rasa khawatir yang
menyelimuti jiwanya hilang, Muhammad saw. baru menceritakan apa yang terjadi.
****
Rasa takut yang
demikian hebat mampu menghalangi berpikir jernih dan menghambat berinisiatif
secara cepat dan tepat.
(فلما
ذهب عن إبراهيم الروع وجاءته البشرى يجادلنا في قوم لوط(
“Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira
telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) kami
tentang kaum Luth.” Huud:74
(فزملوه حتى ذهب عنه الروع)
Penggunaan huruf ”
fa’ ” dalam potongan hadits di atas menunjukkan kesigapan seorang istri,“Maka
Khadijah langsung menyelimutinya, sehingga hilanglah rasa takut darinya.”
Muhammad saw.
terkenal sebagai seorang yang selalu menjaga kehormatan dan kepribadian
dirinya, sehingga tidak mungkin beliau meminta diselimuti, kalau bukan karena
kondisi yang menimpa dirinya sedemikian hebat.
Namun, rasa takut
dan khawatir yang dialami Muhammad saw. adalah hal yang wajar, sebagaimana
nabi-nabi sebelumnya juga demikian,
“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat)
yang diutus kepada kaum Luth.” Huud:70
“Maka Musa merasa takut dalam hatinya.” Thaaha:67
“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa
takut terhadap mereka. mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka
memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim
(Ishak). Adz Dzariat:28
Muhammad
menceritakan kejadian yang dialaminya setelah beliau benar-benar merasakan
ketenangan. Muhammad memilih Khadijah sebagai tempat curhat beliau. Kenapa?
Karena Khadijah orang yang paling tahu tentang dirinya, orang yang paling dekat
dengannya, Khadijah tahu, bahwa apa yang diceritakan suaminya adalah benar.
Sekaligus Muhammad
saw. juga paham bahwa istrinya mampu memberi jalan keluar dari peristiwa yang
hadapinya.
Khadijah seorang
yang cerdas, mengetahu solusi jitu atas apa yang dialami suaminya, termasuk
perihal yang belum pernah terjadi sekalipun.
****
Permulaan turunnya
wahyu merupakan tahapan baru bagi kehidupan Muhammad saw. turunnya wahyu dengan
tiba-tiba menjadikan diri beliau berubah statusnya. Turunya permulaan wahyu ini
sebagai deklarasi tersambungnya kembali antara langit (risalah Ilahiyah) dengan
bumi (tugas penyampaian dan sikap optimisme hidup).
Tersambungnya
kembali jalinan langit dan bumi, setelah sebelumnya terputus beberapa abad.
Inilah proses penguatan jiwa Muhammad saw. sebagai seorang manusia untuk
menerima risalah Ilahiyah.
****
Karena itu,
Muhammad saw. berkata, “Saya takut terhadap diriku sendiri” rasa
takut terhadap apa yang ia lihat dan di dengar itu bagian dari tipu daya jin
atau dukun, sebagaimana yang dipaparkan dalam buku-buku sirah tentang ketakutan
Muhammad saw. terhadap dirinya.
Khadijah menjawab
dengan mantap, karena dilatar belakangi pengenalan panjangnya terhadap pribadi
Muhammad saw. sejak menjadi pedagang.
Pengenalan panjang
Khadijah sebelum menikah dengan Muhammad, yaitu informasi di dapat dari
pembantunya yang bernama Maisaroh -seorang laki-laki- yang menemani Muhammad
saw. berdagang ke Syam, di mana Maisaroh melihat awan dengan mata kepala
sendiri berjalan menaungi Muhammad saw. di suasana terik matahari. Dalam
riwayat lain dua malaikat menaungi Muhammad saw. kemana saja ia berjalan dari
terik matahari.
Atau berteduhnya
Muhammad saw. di bawah sebuah pohon. Seorang Rahib yang melihat kejadian itu
berkomentar, “Tidak ada orang yang berteduh di pohon ini kecuali ia
adalah seorang nabi, sebagaimana diterangkan dalam kitab asli kami.” Dan
ketika diceritakan ciri-ciri Muhammad, maka itu persis tertulis dalam kitab
mereka.
Kisah ini ditulis
di banyak buku sirah, seperti sirah Ibnu Ishaq, sirah Ibnu Hisyam, sirah As
Suyuthi, sirah As Suhaili dan lain-lain.
****
Makanya, ketika
Khadijah menjawab dengan mantap, “Tidak, sekali-kali tidak” adalah
berdasarkan data-data panjang yang ia ketahui sebelumnya. Jawaban yang juga
tidak diduga Muhammad saw. sendiri. Jawaban tegas, memancar dari aliran
cintanya kepada suaminya. Kenapa tidak? Karena Khadijah yakin bahwa beliau
adalah utusan Allah swt. untuk umat ini.
Khadijah segera
mencarikan informasi kepada tokoh agama, Waraqah bin Naufal, atau kepada
pendeta Buhaira tentang kejadian yang dialami Muhammad saw. Keduanya
berkomentar, bahwa Muhammad seorang nabi akhir zaman untuk umat ini.
****
Proses nikahnya
Khadijah dengan Muhammad pun unik, dimana Khadijah meminta salah seorang wanita
Quraisy untuk mempengaruhi Muhammad dengan menceritakan keistimewaan dan
kelebihan Khadijah. Di akhir lobi, wanita itu menawarkan kepada Muhammad, bahwa
Khadijah layak menjadi Istrinya, dan Muhammad cocok menjadi suaminya.
Dengan ditemani
pamannya, Abu Thalib dan paman-paman yang lain, Muhammad saw. melamar Khadijah.
Sejarah sirah mencatat, bahwa Khadijah ketika itu sebagai seorang pebisnis
ulung yang sangat kaya raya.
****
Kisah lain yang
menguatkan bahwa Muhammad saw. seorang Rasul adalah sebagaimana diriwayatkan
Imam Baihaqi dari Ibnu Ishaq, bahwa Khadijah bersanding dengan Muhamamd saw. di
dalam rumahnya. Khadijah berkata, “Apakah engkau melihat Malaikat Jibril?
Muhammad menjawab, “Ya”. Maka Khadijah masuk kebilik kamarnya dan bersanding
dengan Muhammad seraya membuka tutup kepala dan cadar yang dipakainya. Khadijah
kembali bertanya, “Apakah engkau masih melihatnya? Tidak, jawab Muhamamd saw.
Khadijah berkomentar, Ia bukanlah setan, ia adalah malaikat wahai putra
pamanku. Khadijah yakin dan bersaksi bahwa apa yang dibawa Muhammad saw. adalah
kebenaran.
Demikian, kita
melihat sikap bijak ummul mukminin, Khadijah ra. Dirinya menjadi
dewasa dan matang bersamaan dengan kejadian-kejadian yang dialaminya. Khadijah
menjadi mudah menyelesaikan persoalan bersamaan dengan
permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Khadijah tidak sekedar
menggembirakan dan membela Muhammad saw. berdasarkan dugaan atau kamuflase
belaka. Akan tetapi Khadijah mempersembahkan pembelaan dan menyenangkan hati
suaminya karena berdasarkan data-data panjang yang ia hadapi selama ini.
Dengan sigap dan
penuh cinta, Khadijah mendampingi suaminya menghadapi persoalan hidup. Allahu
a’lam.