Entah
dapat insting darimana duo Ratu, Maia Ahmad & Mulan Kwok kemana-mana selalu
meng’kampanye’kan TTM lewat tembangnya teman tapi mesra. Dan kayaknya remaja
yang selama ini suka ber-TTM ria, seperti dapat angin segar. Wuss..wuss..wuss
Tapi
yang jelas, emang kondisi TTM itu sering terjadi di pergaulan remaja. Udah
bejibun contoh kayak gitu. Kalo misal lewat film, ada Kuch-Kuch Hota Hai, yang
isi ceritanya pertemenan Anjali dan Rahul yang akhirnya jadi demenan. Cerita
juga ada di film X-Files, dua rekan kerja sebagai agen rahasia yakni Scully dan
Mulder, akhirnya saling jatuh cinta, walaupun mereka kadang mengingkari
perasaan itu. Trus, kalo edisi Indonesia, beberapa waktu yang lalu pernah ada
sinetron Dari Temen Jadi Demen. Atao kalo soal film lokal, cerita TTM kayaknya
jadi pasaran, sebut aja ada Brownies, Lovely Luna, Janji Joni dan seambreg
contoh laen. Pepatah kuno, witing trisno jalaran teko kulino, (cinta itu tumbuh
karena intens bertemu), kayaknya juga udah jadi rumus gaul remaja kita. Kalo
mau punya teman yang istimewa, harus berteman dulu, baru demenan. Walah !
Berteman
boleh, Asal…
Awas
lho, jangan asal ngécap mulut kita, kalo Islam itu kuno bin kolot. Wah, kalo
sampe kamu bilang begituan, siap-siap aja unjuk rasa anti Denmark bisa pindah
ke rumah kamu. Karena emang, nggak bener kalo kamu nuduh bahwa Islam itu kuno,
hanya gara-gara pemahaman kamu yang dangkal tentang islam. Termasuk pemahaman
kamu soal pergaulan. Islam nggak ngelarang koq kita bergaul dengan lawan jenis.
Bahkan pertemenan atau lebih tepatnya interaksi antar lawan jenis itu nggak
bisa dihindari. Misal aja di sekolah, di dunia kesehatan, di pasar, de el el.
Pada kondisi seperti itu wajar dong, kalo ada pertemuan cowok-cewek, malah
justru kemaslahatan itu nggak akan tercapai, kalo nggak ada interaksi dengan
lawan jenis. Tapi gini sobat, interaksi antara cowok n cewek itu berpotensi
menimbulkan efek. Mungkin kamu, ngelés “ah, itu khan tergantung orangnya”.
Ok,
bisa jadi situasi, kondisi dan domisili tertentu, emang tergantung orangnya.
Tapi kebanyakan interaksi anak cewek-cowok, apalagi di dukung hembusan angin
kebebasan yang makin kencang kayak saat ini, dimana televisi mempertontonkan
cara gaul yang nggak islami. Maka wajar bin lumrah tho, kalo akhirnya jatuh
pada pergaulan yang nggak Islami. Lagian, kadang ada yang suka cari-cari alasan
biar bisa ketemu dengan lawan jenisnya. Bahkan anak cowok ada yang lebih suka
ngobrol, curhat dengan anak cewek, demikian sebaliknya. Alasannya sih, curhat
dengan lawan jenis itu lebih seru. Maklum aja, anak cewek nyari sosok yang
perhatian dan tegar, dan itu nggak didapetin kalo curhat ke sesama cewek.
Sementara si cowok, karena dia udah terbiasa di kehidupan ‘keras’, makanya
pengin nyelesain masalahnya dengan lebih sedikit berperasaan. Nah menurut mereka
jawabannya cuman ada kalo curhat dengan anak cewek. Klop khan? Dengan alasan
macam gitu, akhirnya timbulah persahabatan yang kelewat batas. Meski diantara
mereka ngaku nggak saling jatuh cinta, tapi karena seringnya berinteraksi,
entah itu SMS-lah, telepon-lah, email-lah atau chating, maka itu jadi bukti
kuat di pengadilan (jiele..) kalo sudah ber-TTM atao mengarah ke TTM.
Kenapa
koq gitu? Alasannya simpel sobat, masing-masing kita, entah itu laki atau
perempuan, punya pesona yang bisa menarik lawan jenis. Karena emang dalam diri
kita ada namanya naluri untuk suka terhadap lawan jenis. Nah, kalo naluri itu
nggak dibendung, eh malah dikomporin dengan ber-TTM ria. Wah, alamat, wes-ewes
bablas imané, tinggal Imroné. Tul khan? Karena laki-perempuan ditakdirkan untuk
saling tertarik. Boleh jadi yang muncul pertama empati, yang satu ngerasa butuh
solusi buat masalahnya, sedang yang satunya ngerasa perlu untuk ngebantu
nyelesain masalahnya. Dari empati, muncullah simpati, lalu perasaan suka, dan
bukan nggak mungkin kalo akhirnya jatuh cinta dan pacaran. Grobyak ! Awalnya
mungkin cuman kirim email, karena si cewek nun jauh disana, di Bogor misalnya.
Setelah ngerasa obrolan mereka, frekuensinya koq terlalu jarang. Maka akhirnya
janjian chating. Nah, setelah chating koq keluar biaya banyak, soalnya nggak
punya internet pribadi. Dilanjutin tuh via SMS. Bahkan akhirnya mereka udah
berani telepon-teleponan. Setelah itu akhirnya, hampir tiap detik apa yang
dilakuin, selalu diobrolin, sampe-sampe kucing tetangga sebelah mati aja,
dicurhatin. Weleh ! Kalo lagi ujian, pergi jauh, sakit atau yang laen, minta
didoain. Saling nge-jeam klo pas lagi sholat tahajud, yang titik kulminasinya,
tehubungan yang meskipun nggak diakui itu pacaran, tapi kemesraan
hubungan itu udah gamblang binti kentara, kalo mereka TTM.
Hubungan
laki-perempuan yang kelewat dekat, sampe soal urusan pribadi segala di
curhatin, maka itu berpotensi untuk menjurus ke gaul bebas alias pacaran.
Karena emang mungkin gaya pacarannya model gitu. Makanya friend, seperti makan,
meskipun kita butuh dan boleh makan, tapi tetep khan musti diatur makannya?
Demikian juga, meski pun boleh kita berinteraksi dengan lawan jenis, tetep aja
ada aturan mainnya. Sehingga disinilah, kita sebagai muslim perlu rambu-rambu
dalam bergaul. Rambu-rambu itu bisa kita lihat dalam Al-Qur’an Surat al-Ahzab
59 dan an-Nur ayat 31 tentang perintah untuk berjilbab dan berkerudung bagi
perempuan, biar nggak keliatan auratnya, yang meliputi seluruh tubuh, kecuali
wajah dan telapak tangan.Karena kalo ngeliat aurat, itu berpotensi untuk
memperkuat rangsangan naluri kita. Nggak cuman itu, Islam memerintahkan untuk
menundukkan pandangan (QS. an-Nur 30-31), padahal kita tahu kalo pandangan mata
itu bisa jadi muqadimahnya perzinaan. Islam ngelarang pria dan wanita berduaan,
bersepi-sepian tanpa disertai mahramnya. Dan juga Islam ngelarang aktivitas
yang mendekati zina (QS. Al-Isra 32). Di beberapa hadits nabi juga disebutkan,
tentang adanya larangan wanita keluar rumah sehari semalam tanpa disertai mahramnya.
Larangan bagi wanita, memakai perhiasan berlebihan. Larangan bagi wanita pake
parfum berlebihan ketika di tempat umum. Dll. Oya sobat muslim, gaya gaul kayak
diatas tadi, bukan berarti yang aktivis pengajian, nggak terjangkit gaya gaul
seperti itu. Bahkan bisa jadi, model gaul seperti itu yang kayaknya diadopsi,
oleh aktivis pengajian. Karena mungkin itu gaya pacaran yang lebih soft
(idih….emang apaan). Tapi ini nggak nuduh lho. Terakhir, soal teman yang
sekarang kamu ajak bermesraan atau pacaran, santai aja kalo emang dia jodoh
kita, pasti nggak akan lari gunung dikejar. Dan kalo emang udah siap n mampu
nikah, maka lebih baik nikah, daripada nekad berbuat zina.
Pacaran NO Nikah yess !! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar